BAB I



BAB I
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA

Standar Kompetensi: 2. Menganalisis peradaban Indonesia dan dunia.
Kompetensi Dasar 2.1 Menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia.

Indikator :
1. Mendeskripsikan berbagai fosil manusia purba di Indonesia.
2. Mendeskripsikan perkembangan biologis manusia purba di Indonesia.
3. Menyusun secara kronologis perkembangan biologis manusia Indonesia.
4. Membuat bagan perkembangan budaya di Indonesia secara kronologis.
5. Merekonstruksi penemuan manusia purba Indonesia diatas peta melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan presentasi.
6. Mengidentifikasi ciri-ciri sosial, budaya, ekonomi, dan kepercayaan masyarakat pada masa berburu (food gathering) dan masyarakat pertanian (food producing)

Pada pembahasan bab I, maka yang akan dipelajari adalah berbagai jenis manusia yang hidup pada zaman prasejarah. Untuk itu silahkan Anda pelajari uraian materi berikut ini.
A. Jenis-jenis Manusia purba di Indonesia
Manusia yang hidup pada zaman prasejarah sekarang sudah berubah menjadi fosil. Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia terdiri dari beberapa jenis. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19, di mana mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia.
Fosil manusia yang ditemukan pertama kali berasal dari Trinil, Jawa Timur oleh Eugene Dubouis, sehingga menarik para ahli lain untuk datang ke Pulau Jawa, mengadakan penelitian yang serupa. Selanjutnya penyelidikan fosil manusia dilakukan oleh GRH Von Koenigswald, Ter Har, dan Oppenoorth serta F. Weidenrech. Mereka berhasil menemukan fosil manusia di daerah Sangiran, Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo.

Atas temuan fosil tersebut, Von Koenigswald membagi zaman Dilluvium/Pleistocen di Indonesia menjadi 3 lapisan yaitu :
1. Pleistocen bawah/lapisan Jetis,
2. Pleistocen tengah/lapisan Trinil dan
3. Pleistocen atas/lapisanNgandong.

Penyelidikan fosil manusia selain dilakukan oleh orang-orang Eropa, juga oleh para ahli dari Indonesia, seperti Prof. Dr. Sartono, Prof. Dr. Teuku Jacob, Dr. Otto Sudarmadji dan Prof. Dr. Soejono. Lokasi penyelidikan antara lain Sangiran dan lembah Sungai Bengawan Solo. Dari hasil penyelidikan tersebut dapat diketahui jenis manusia purba yang hidup di Indonesia. Untuk itu silahkan Anda pelajari uraian berikut ini.


a. Meganthropus

Seperti yang telah diuraikan pada materi sebelumnya, Von Koenigswald menemukan tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang ditemukan berupa tulang rahang bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai batang yang tegap dan geraham yang besar-besar.
Dari penemuan tersebut, maka oleh Von Koenigswald diberi nama Meganthropus Palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut diperkirakan hidupnya antara 20 juta - 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari lapisan Jetis. Untuk lebih menambah pemahaman Anda tentang jenis manusia purba di Indonesia, maka bandingkanlah jenis Meganthropus ini dengan jenis fosil yang lain seperti pada uraian materi berikut ini.

Ciri Meganthropus :
a. Hidup antara 2 s/d 1 juta tahun yang lalu
b. Badannya tegak
c. Hidup mengumpulkan makanan
d. Makanannya tumbuhan
e. Rahangnya kuat

b. Pithecanthropus/Homo Erectus
Dengan kedatangan Eugene Dubouis ke Pulau jawa tahun 1890 di Trinil, Ngawi ditemukan tulang rahang, kemudian tahun 1891 bagian tengkorak dan tahun 1892 ditemukan tulang paha kiri setelah disusun hasil penemuan fosil-fosil tersebut oleh Eugene Dubouis diberi nama Pithecanthropus Eractus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Dan sekarang fosil tersebut dinamakan sebagai Homo Erectus dari Jawa. Homo Erectus hidupnya diperkirakan antara 1,5 juta - 500.000 tahun yang lalu dan berasal dari Pleistocen tengah atau lapisan Trinil.

Ciri Pithecanthropus :
a. Hidup antara 2 s/d 1 juta tahun yang lalu
b. Hidup berkelompok
c. Hidungnya lebar dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol
d. Mengumpulkan makanan dan berburu
e. Makanannya daging dan tumbuhan
Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami bahwa Homo Erectus ternyata usianya lebih muda jika dibandingkan dengan Meghanthropus Palaeojavanicus.
Para ilmuwan awalnya menganggap hasil temuan E. Dubouis (Homo Erectus) bukan termasuk garis keturunan manusia, tetapi setelah adanya temuan fosil oleh Von Koenigswald dari lapisan jetis/pleistocen bawah, maka seluruh ilmuwan mengakui bahwa fosil-fosil yang ditemukan Von Koenigswald lebih tua umurnya jika dibandingkan dengan Homo Erectus yang ditemukan oleh E. Dubouis.
Fosil manusia yang ditemukan Von Koenigswald di lapisan jetis (??) adalah :
1. Fosil manusia yang ditemukan di Perning (Mojokerto) Jawa Timur tahun 1936 - 1941, diberi nama Pithecanthropus Mojokertensis yang artinya manusia kera dari Mojokerto, dan sekarang disebut dengan Homo Mojokertensis.
2. Fosil manusia yang ditemukan tahun 1936 di Sangiran lembah Sungai Bengawan Solo, diberi nama Pithecanthropus Robustus yang artinya manusia kera yang besar dan kuat  tubuhnya atau disebut dengan Homo Robustus.



Dari uraian di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau Anda sudah merasa paham, silahkan Anda jawab pertanyaan berikut ini!
1. Fosil manusia tertua di Indonesia disebut dengan ....
2. Penemu fosil manusia tertua adalah ....
3. Fosil manusia yang ditemukan pada lapisan Trinil disebut dengan ....
4. Penemu fosil manusia di Trinil adalah ....
5. Fosil manusia yang ditemukan pada lapisan jetis adalah:
a. ....
b. ....
c. ....
Seyagyanya Anda tidak melihat kunci jawabannya terlebih dahulu, sebelum Anda selesai menjawab seluruh pertanyaan yang disajikan. Dan selanjutnya Anda dapat mencocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban di bawah ini.
1. Meganthropus Palaeojavanicus.
2. Von Koenigswald
3. Homo Erectus
4. Eugene Dubouis
5. a. Meganthropus Palaeojavanicus
b. Homo Mojokertensis
c. Homo Robustus
Setelah Anda mencocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban, apakah Anda sudah puas dengan jawaban Anda? Kalau Anda sudah merasa puas, silahkan Anda kembali mempelajari uraian materi berikut.
c. Homo Sapiens
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.
Ciri jenis Homo :
a. Hidup antara 25.000 s/d 40.000 tahun yang lalu
b. Muka dan hidung lebar
c. Dahi masih menonjol
d. Tarap kehidupannya lebih maju dibanding manusia sebelumnya

Jenis fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri dari:
1
. Fosil manusia yang ditemukan di daerah Ngandong Blora di Sangiran dan Sambung Macan, Sragen, lembah Sungai Bengawan Solo tahun 1931 - 1934. Fosil ini setelah diteliti oleh Von Koenigswald dan Weidenreich diberi nama Homo Sapien Soloensis (Homo Soloensis).
2. Fosil manusia yang ditemukan di Wajak (Tulung Agung) tahun 1889 oleh Van Reitschotten diteliti oleh Eugene Dubouis kemudian diberi nama menjadi Homo Sapiens Wajakensis.
Tempat penemuan kedua fosil manusia di atas adalah lapisan Ngandong atau Pleistocen Atas dan hidupnya diperkirakan 100.000 - 50.000 tahun yang lalu. Untuk memudahkan Anda memahami lokasi penemuan jenis manusia purba di Indonesia, maka perhatikanlah gambar peta berikut ini.




B. Perkembangan Manusia Purba di Indonesia
Kehidupan manusia purba :
1. Hidup jauh sebelum tulisan ditemukan (2 jt tahun lalu )
2. Volume otaknya lebih kecil dari manusia modern ,hidup berkelompok
3. Makanan mengandalkan alam , tidak tahu cara bercocok tanam
4. Menggunakan alat pembantu kehidupan dari batu
Para peneliti manusia purba di Indonesia
Eugene Dubois = dokter berkebangsaan belanda berhasil menemukan fosil tengkorak 1890 di trinil jawa timur yang berumur 1 juta tahun ( Pithecanthropus erectus )
Ter Haar ,Oppenoorth , von koeningsvald = Menemukan fosil manusia purba ( Homo soloensis ) karena di temukan di sepanjang sungai bengawan solo
Von koenings vald = menemukan rahang bawah yang sangat besar diberi ama Megantrhopus Paleojavanicus ( 1936-1941)
Tjokrohandoyo & duifjes = berhasil menemukanfosil homo mojokertoensis yang berasal dari lapisan tanh yang sngat tua ( 2 jt tahun lalu )

Jenis manusia purba di Indonesia

a.Megantropus paleojavanicus
Megantrophus paleojavanicus
Tulang pipi yang tebal , otot kunyangnya kuat
Tonjolan kening sangat mencolok , tidak punya dagu
Perawakan yang besar ,tegap , makan tumbuhan otot tengkuk besar dan kuat

b. Pithecantropus
Tinggi sekitar 165-180cm, volume otak 750 -1350 cc , bentuk tubuh tegap , alat pengunyah dan tengkuk sangat kuat, geraham ssangat besar , bentuk tonjolan & hidung tebal belakang kepala tampak lonjong

c. Homo sapiens
Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc , tinggi badan antara 130 -210 cm , otot tengkuk & alat kunyah ( gigi ) mengalami penyusutan , muka tidak menonjol ke depan , berdiri tegak dan berjalan lebiih sempurna
Manusia prasejarah atau praaksara adalah manusia yang hidup jauh sebelum tulisan ditemukan. Mereka hidup sederhana dalam kelompok-kelompok kecil. Alat-alat yang digunakan untuk keperluan sehari-hari masih sederhana. Karena belum ditemukannya peninggalan tertulis maka gambaran mengenai kehidupannya dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan tidak tertulis seperti fosil dan alat-alat sederhana tersebut. Manusia prasejarah sering juga disebut sebagai manusia purba. Spesies manusia tertua, Homo habilis, muncul antara 2,5 sampai 1,5 juta tahun yang lalu. Homo habilis berkembang menjadi Homo erectus (1,6 juta sampai 300.000 tahun yang lalu) yang mempunyai otak lebih besar, gigi dan rahang lebih kecil, menciptakan kapak tangan, dan kemampuan membuat api.
 Homo
n erectus kiranya adalah spesies pertama yang keluar dari Afrika menuju tempat yang lebih hangat di Utara (kini Eropa) dan ke Timur (Asia) sampai sejauh Cina dan Indonesia. 500.000 sampai 30.000 tahun lalu melewati 'land bridge' menuju Amerika. Pada masa ini sudah terdapat Homo sapiens yang otaknya sudah berkembang namun tampilan serta gigi dan rahangnya masih serupa dengan
 Homo erectus. 30.000 sampai 10.000
n tahun yang lalu serta melalui 'land bridge' ke Amerika Utara dan kemudian Amerika Selatan. Manusia modern, Homo sapiens sapiens mucul sekitar 40.000 tahun yang lalu dengan struktur tulang serupa dengan struktur tulang manusia modern.






C. Perkembangan Budya di Indonesia Zaman Prasejarah

Adapun pokok-pokok materi yang dapat Anda pelajari pada bagian modul ini meliputi:
1. Kebudayaan zaman batu.
2. Kebudayaan zaman logam.
3. Kebudayaan Megalithikum.

Pembabakan prasejarah berdasarkan arkeologinya menjadi zaman batu dan zaman logam.Adapun bagian dari modul ini akan menguraikan lebih dalam lagi contoh-contoh dari periodisasi prasejarah tersebut. Sehingga untuk lebih jelasnya simaklah uraian materi berikut ini.

Pembabakan zaman berdasarkan arkeologi

1. Kebudayaan zaman batu
Seperti yang telah disebutkan pada modul sebelumnya bahwa zaman batu berdasarkan hasil temuan alat-alatnya dan dari cara pengerjaannya, maka zaman batu tersebut terbagi menjadi 3 yaitu
- zaman batu tua atau kebudayaan Palaeolithikum (Palaeo = tua, Lithos = batu),
- zaman batu madya atau kebudayaan Mesolithikum (Meso = tengah) dan
- zaman batu muda atau kebudayaan Neolithikum (Neo = baru).

Untuk contoh-contoh dari hasil kebudayaan tersebut, akan diuraikan satu persatu agar pemahaman Anda lebih jelas.

1). Kebudayaan Palaeolithikum/Batu tua.
Hasil kebudayaan Palaeolithikum banyak ditemukan di daerah Pacitan (Jawa Timur) dan Ngandong (Jawa Timur). Untuk itu para arkeolog sepakat untuk membedakan
temuan benda-benda prasejarah di kedua tempat tersebut yaitu sebagai kebudayaan
Pacitan dan kebudayaan Ngandong.
Untuk mengetahui bentuk kebudayaan Pacitan.


Kapak genggam terkenal juga dengan sebutan kapak perimbas, atau dalam ilmu
prasejarah disebut dengan chopper artinya alat penetak.
Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.

Pada awal penemuannya semua kapak genggam ditemukan di permukaan bumi,
sehingga tidak dapat diketahui secara pasti berasal dari lapisan mana.
Berdasarkan penjelasan di atas silahkan Anda menyebutkan jenis manusia yang mempergunakan kapak genggam sebagai salah satu alat

Berdasarkan penelitian yang intensif yang dilakukan sejak awal tahun 1990, dan
diperkuat dengan adanya penemuan terbaru tahun 2000 melalui hasil ekskavasi
yang dilakukan oleh tim peneliti Indonesia-Perancis diwilayah Pegunungan Seribu/
Sewu maka dapat dipastikan bahwa kapak genggam/Chopper dipergunakan oleh
manusia jenis Homo erectus
Daerah penemuan kapak perimbas/kapak genggam selain di Punung (Pacitan) Jawa
Timur juga ditemukan di daerah-daerah lain yaitu seperti Jampang Kulon, Parigi
(Jawa Timur), Tambang Sawah, Lahat, dan KaliAnda (Sumatera), Awangbangkal
(Kalimantan), Cabenge (Sulawesi), Sembiran dan Terunyan (Bali).
Untuk lebih memahami lokasi penyebaran kapak perimbas maka buatlah tanda (
(bujur sangkar) pada gambar peta kepulauan Indonesia berikut ini.


Setelah Anda membuat tanda penemuan kapak genggam pada gambar peta, maka
simaklah uraian kebudayaan Ngandong berikut ini.

Di sekitar daerah Ngandong dan Sidorejo dekat Ngawi, Madiun (Jawa Timur) ditemukan
kapak genggam dan alat-alat dari tulang dan tanduk. Alat-alat dari tulang tersebut
bentuknya ada yang seperti belati dan ujung tombak yang bergerigi pada sisinya.
Adapun fungsi dari alat-alat tersebut adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari
dalam tanah, serta menangkap ikan.


Alat-alat tulang
dan tanduk rusa dari Ngandong.
Setelah Anda mengamati gambar 1.3 maka diskusikanlah bersama teman-teman Anda
mengapa alat-alat dari tulang yang ditemukan di Ngandong dikelompokkan sebagai
kebudayaan Palaeolithikum? Kemukakan alasannya! Jawaban dari hasil diskusi tersebut
kumpulkan pada guru Anda
Selain alat-alat dari tulang yang termasuk kebudayaan Ngandong, juga ditemukan alat alat lain berupa alat alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes atau alat serpih. Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang dibuat dari batu-batu indah berwarna seperti calsedon. Untuk mengetahui bentuk flakes maka amatilah gambar 1.4 berikut ini.
 
Gambar 1.4. Flakes dari Sangiran.

Setelah Anda mengamati gambar 1.4 flakes dari Sangiran maka bandingkanlah dengan gambar kapak perimbas dari Pacitan. Bagaimana pendapat Anda?
.
Flakes mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris
daging atau memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti pisau pada masa
sekarang. Selain ditemukan di Sangiran flakes ditemukan di daerah-daerah lain seperti
Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat (Sumatera),
Batturing (Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi), Wangka, Soa, Mangeruda (Flores).

Seperti tugas Anda sebelumnya, maka tugas Anda selanjutnya
adalah memberi tanda
Pada gambar peta 1.2 setiap lokasi penemuan flakes Setelah Anda selesai membuat tugas tersebut, maka Anda dapat tunjukkan kepada guru Anda, sehingga hasil kerja Anda diketahui kebenarannya

Walaupun alat-alat Ngandong ditemukan dipermukaan tanah tetapi
melalui penelitian dapat ditentukan bahwa alat-alat tersebut berasal dari
pleistocen atas/lapisan Ngandong. Untuk itu tentu Anda dapat menuliskan
jenis manusia yang mempergunakan alat-alat kebudayaan Ngandong.

Tuliskan jawaban Anda pada tabel 1.2 berikut ini.
Manusia pendukung Hasil Kebudayaan
1. ......................
2. ...................... Flakes, alat-alat tulang dan tanduk rusa.

Setelah Anda mengisi tabel 1.2 silahkan Anda cocokkan di kunci jawabannya berikut ini.
a. Homo sapiens soloensis.
b. Homo sapiens wajakensis.
Jika jawaban Anda semua benar maka selamat untuk Anda dan lanjutkan uraian
materi berikutnya.

2). Kebudayaan Mesolithikum
Ciri kebudayaan Mesolithikum tidak jauh berbeda dengan kebudayaan Palaeolithikum, tetapi pada masa Mesolithikum manusia yang hidup pada zaman tersebut sudah ada yang menetap sehingga kebudayaan Mesolithikum yang sangat menonjol dan sekaligus menjadi ciri dari zaman ini yang disebut dengan kebudayaan Kjokkenmoddinger dan Abris sous Roche.
Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya
adalah sampah dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau
tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah
membatu/menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur
Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut
menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap.
Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).
Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan
pebble atau kapak Sumatera (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu
di pulau Sumatera.

Untuk dapat mengetahui bentuk dari kapak Sumatera silahkan Anda amati gambar
1.5 berikut ini.

 Gambar 1.5. Pebble/Kapak Sumatera.

Setelah Anda mengamati gambar 1.5 coba Anda bandingkan pebble dengan chop-
per maupun dengan flakes! Bagaimana menurut pendapat Anda?
Bentuk pebble seperti yang Anda lihat pada gambar 1.5 dapat dikatakan sudah agak
sempurna dan buatannya agak halus. Bahan untuk membuat kapak tersebut berasal
dari batu kali yang dipecah-pecah. Selain pebble yang ditemukan dalam
Kjokkenmoddinger juga ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya pendek (setengah
lingkaran) yang disebut dengan
Hache Courte atau kapak pendek. Kapak ini cara
penggunaannya dengan menggenggam.
Di samping kapak-kapak yang ditemukan dalam Kjokkenmoddinger juga ditemukan
pipisan (batu-batu penggiling beserta landasannya).
Batu pipisan selain dipergunakan untuk menggiling makanan juga dipergunakan untuk
menghaluskan cat merah, bahan cat merah yang dihaluskan berasal dari tanah merah.
Dari uraian tersebut tentu timbul suatu pertanyaan untuk apa fungsi cat merah?
Mengenai fungsi dari pemakaian cat merah tidak diketahui secara pasti, tetapi
diperkirakan bahwa cat merah dipergunakan untuk keperluan keagamaan atau untuk
ilmu sihir.
Dari pernyataan di atas, coba Anda diskusikan dengan teman-teman Anda,
mengapa warna merah dikaitkan/dihubungkan dengan keagamaan/sihir?
Kecuali hasil-hasil kebudayaan, di dalam Kjokkenmoddinger juga ditemukan fosil
manusia yang berupa tulang belulang, pecahan tengkorak dan gigi, meskipun tulang-
tulang tersebut tidak memberikan gambaran yang utuh/lengkap, tetapi dari hasil
penelitian memberikan kesimpulan bahwa manusia yang hidup pada masa
Mesolithikum adalah jenis Homo Sapiens.


Manusia pendukung Mesolithikum adalah Papua Melanosoide.

Untuk selanjutnya Anda dapat mempelajari uraian materi berikutnya.
Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal manusia purba
pada zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca
dan binatang buas. Penyelidikan pertama pada Abris Sous Roche dilakukan oleh Dr.
Van Stein Callenfels tahun 1928-1931 di goa Lawa dekat Sampung Ponorogo Jawa
Timur.
Alat-alat yang ditemukan pada goa tersebut antara lain alat-alat dari batu seperti
ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak yang sudah diasah yang berasal dari zaman
Neolithikum, serta alat-alat dari tulang dan tanduk rusa.
Di antara alat-alat kehidupan yang ditemukan ternyata yang paling banyak adalah
alat dari tulang sehingga oleh para arkeolog disebut sebagai Sampung
Bone Culture / kebudayaan tulang dari Sampung. Karena goa di Sampung tidak ditemukan Pebble ataupun kapak pendek yang merupakan inti dari kebudayaan Mesolithikum.
Selain di Sampung, Abris Sous Roche juga ditemukan di daerah Besuki dan
Bojonegoro Jawa Timur. Penelitian terhadap goa di Besuki dan Bojonegoro ini
dilakukan oleh Van Heekeren.
Di Sulawesi Selatan juga banyak ditemukan Abris Sous Roche terutama di daerah
Lomoncong yaitu goa Leang Patae yang di dalamnya ditemukan flakes, ujung mata
panah yang sisi-sisinya bergerigi dan pebble. Di goa tersebut didiami oleh suku Toala,
sehingga oleh tokoh peneliti Fritz Sarasin dan Paul Sarasin, suku Toala yang sampai
sekarang masih ada dianggap sebagai keturunan langsung penduduk Sulawesi
Selatan zaman prasejarah. Untuk itu kebudayaan Abris Sous Roche di Lomoncong
disebut kebudayaan Toala.
Selain di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, Abris Sous Roche juga ditemukan di
daerah Timor dan Rote. Penelitian terhadap goa tersebut dilakukan oleh Alfred Buhler
yang di dalamnya ditemukan flakes dan ujung mata panah yang terbuat dari batu
indah.

Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa zaman Mesolithikum sesungguhnya
memiliki 3 corak kebudayaan yang terdiri dari:
a. Kebudayaan pebble/pebble culture di Sumatera Timur.
b. Kebudayaan tulang/bone culture di Sampung Ponorogo.
c. Kebudayaan flakes/flakes culture di Toala, Timor dan Rote.

Berdasarkan uraian materi di atas dapatlah disimpulkan:
a. Kebudayaan Bacson - Hoabinh yang terdiri dari pebble, kapak pendek serta alat-
alat dari tulang masuk ke Indonesia melalui jalur barat.
b. Kebudayaan flakes masuk ke Indonesia melalui jalur timur.

Untuk lebih memahami penyebaran kebudayaan Mesolithikum ke Indonesia, maka
simaklah gambar 1.6 peta penyebaran kebudayaan tersebut ke Indonesia.

 
 Gambar 1.6. Peta jalur penyebaran kebudayaan Mesolithikum.

Setelah mengamati gambar 1.6, sekarang coba Anda bandingkan peta jalur
penyebaran kebudayaan Mesolithikum dengan peta penyebaran kebudayaan
Plaeolithikum.
Dengan adanya keberadaan manusia jenis Papua Melanosoide di Indonesia sebagai
pendukung kebudayaan Mesolithikum, maka para arkeolog melakukan penelitian
terhadap penyebaran pebble dan kapak pendek sampai ke daerah teluk Tonkin daerah
asal bangsa Papua Melanosoide. Dari hasil penyelidikan tersebut, maka ditemukan
pusat pebble dan kapak pendek berasal dari pegunungan Bacson dan daerah
Hoabinh, di Asia Tenggara. Tetapi di daerah tersebut tidak ditemukan flakes,
sedangkan di dalam Abris Sous Roche banyak ditemukan flakes bahkan di pulau
Luzon (Filipina) juga ditemukan flakes. Ada kemungkinan kebudayaan flakes berasal
dari daratan Asia, masuk ke Indonesia melalui Jepang, Formosa dan Philipina.

Dari uraian materi yang telah disajikan, maka tentu Anda dapat membandingkan
penyebaran kebudayaan Mesolithikum lebih banyak dibandingkan dengan
penyebaran kebudayaan Palaeolithikum. Dengan demikian masyarakat prasejarah
selalu mengalami perkembangan. Pergantian zaman dari Mesolithikum ke zaman
Neolithikum membuktikan bahwa kebudayaannya mengalami perkembangan dari
tingkat sederhana ke tingkat yang lebih kompleks.
Dalam rangka menambah pemahaman Anda tentang perkembangan kebudayaan
zaman Neolithikum, maka simaklah uraian materi berikut ini.

3). Kebudayaan Neolithikum.
Hasil kebudayaan yang terkenal pada zaman Neolithikum ini adalah jenis kapak
persegi dan kapak lonjong. Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang
perkembangan kapak tersebut, maka amatilah gambar 1.7 di bawah ini.

https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTbMsX_opEPEyzFw_KpUJ0be6Y_8geu0LQGBOUiMJBjsJEgONRbyw 
 Gambar 1.7. Peninggalan zaman
Neolithikum.

Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang
lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium.
Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan
kecil. Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/
pacul. Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya
sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu
api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya
dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tAnda kebesaran. Untuk
lebih jelasnya bentuk kapak persegi dari chalcedon, maka amatilah gambar 1.8 berikut
ini.

Gambar 1.8. Kapak Chalcedon.

Setelah Anda amati gambar 1.8 maka diskusikanlah bersama teman-teman Anda
untuk mencari 2 alasan sebagai bukti bahwa kapak chalcedon hanya dipakai untuk
acara khusus seperti upacara keagamaan. Untuk mendapatkan jawaban yang benar
dari hasil diskusi Anda, dapat Anda tanyakan pada Guru Bina!
Daerah asal kapak persegi adalah daratan Asia masuk ke Indonesia melalui jalur
barat dan daerah penyebarannya di Indonesia adalah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa
Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Walaupun kapak persegi berasal dari daratan Asia, tetapi di Indonesia banyak
ditemukan pabrik/tempat pembuatan kapak tersebut yaitu di Lahat (Sumatera
Selatan), Bogor, Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya, Pacitan serta lereng selatan
gunung Ijen (Jawa Timur). Pada waktu yang hampir bersamaan dengan penyebaran
kapak persegi, di Indonesia Timur juga tersebar sejenis kapak yang penampang
melintangnya berbentuk lonjong sehingga disebut kapak lonjong.
Untuk mengetahui bentuk kapak lonjong, silahkan Anda amati gambar 1.9 berikut
ini.

 
 Gambar 1.9. Kapak Lonjong.


Dengan adanya gambar kapak lonjong seperti pada gambar 1.9, bagaimana menurut
pendapat Anda bentuk keseluruhan dari kapak lonjong tersebut?
Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya kehitam-hitaman.
Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang
lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam.
Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah diasah halus.
kuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan
yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan
kapak persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram,
Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan
Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong
dengan sebutan Neolithikum Papua.
Setelah Anda mempelajari uraian materi contoh kebudayaan Neolithikum,
maka untuk meningkatkan pemahaman Anda lengkapilah tabel 1.5 berikut
ini.


Untuk selanjutnya simak kembali uraian materi berikutnya.
Pada jaman Neolithikum selain berkembang kapak persegi dan kapak lonjong juga
terdapat barang-barang yang lain seperti perhiasan, gerabah dan pakaian.
Perhiasan yang banyak ditemukan umumnya terbuat dari batu, baik batu biasa
maupun batu berwarna/batu permata atau juga terbuat dari kulit kerang.
Selain perhiasan, gerabah juga
baru dikenal pada zaman Neolithikum, dan teknik
pembuatannya masih sangat sederhana, karena hanya menggunakan tangan tanpa
bantuan roda pemutar seperti sekarang. Sedangkan pakaian yang dikenal oleh
masyarakat pada zaman Neolithikum dapat diketahui melalui suatu kesimpulan
penemuan alat pemukul kayu di daerah Kalimantan dan Sulawesi Selatan. Hal ini
berarti pakaian yang dikenal pada zaman Neolithikum berasal dari kulit kayu. Dan
kesimpulan tersebut diperkuat dengan adanya pakaian suku dayak dan suku Toraja,
yang terbuat dari kulit kayu.
Dengan adanya contoh-contoh kebudayaan Neolithikum, maka untuk memudahkan
Anda memahami keseluruhan dari kebudayaan zaman batu. Simaklah tabel 1.6
berikut ini
Tabel 1.6 IKHTISAR KEBUDAYAAN ZAMAN BATU

Zaman Hasil kebudayaan Manusia pendukung Ciri-ciri hasil budaya
Palaeolithikum Kapak genggam
Chopper/kapak perimbas,
Alat serpih/flakes,
Alat-alat tulang Homo Erectus
Homo sapienswajakensis
Homo sapiens Soloensis Batunya kasar
Belum dibentuk
Mesolithikum Kjjokenmoddinger
Abris sous Roche
Pebble, Hache Courte, Flakes Papua Melanesoide Batunya agak halus
Agak dibentuk sesuai kebutuhan
Neolithikum Kapak persegi
Kapak lonjong
Perhiasan
Gerabah Proto Melayu ( suku Nias, Batak, Toraja,
Dayak, Sasak) Batunya sudah halus
Dibentuk sesuai
kebutuhuan

Setelah Anda menyimak bagan 1.6. Apakah Anda sudah memahami secara garis
besar kebudayaan zaman batu? Kalau Anda belum paham, maka pelajari kembali
uraian materinya. Jangan tergesa-gesa, tetapi apabila Anda sudah paham, lanjutkan
kembali mempelajari kebudayaan zaman berikutnya.

B. Kebudayaan Zaman Logam

Dengan berkembangnya tingkat berpikir manusia, maka manusia tidak hanya
menggunakan bahan-bahan dari batu untuk membuat alat-alat kehidupannya, tetapi juga
mempergunakan bahan dari logam yaitu perunggu dan besi untuk membuat alat-alat
yang diperlukan.
Dengan adanya migrasi bangsa Deutro Melayu/Melayu muda ke Indonesia maka masyarakat prasejarah Indonesia mengenal logam perunggu dan besi secara bersamaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kebudayaan logam yang dikenal di Indonesia
berasal dari Dongson, nama kota kuno di Tonkin yang menjadi pusat kebudayaan
perunggu di Asia Tenggara. Karena itu kebudayaan perunggu di Indonesia disebut juga
dengan Kebudayaan Dongson.
Munculnya kepandaian mempergunakan bahan logam, tentu dikuti dengan kemahiran teknologi yang disebut perundagian, karena logam tidak dapat dipukul-pukul atau dipecah seperti batu untuk mendapatkan alat yang dikehendaki, melainkan harus dilebur terlebih dahulu baru kemudian dicetak.
Tabel 1.7 IKHTISAR KEBUDAYAAN LOGAM
Jenis kebudayaan Logam Hasil kebudayaan Daerah penemuan/
penyebaran Manusia pendukung

PERUNGGU
Kapak corong/sepatu

Nekara/moko


Arca perunggu


Bejana perunggu


Perhiasan Sentani,Rote, Sulawesi,Bali,Jawa

Sumatera,Jawa,Bali,Selayar,
Kei,Alor

Bangkinang(Riau), Bogor,
Palembang,Makasar

Sumatera(danau Kerinci),
Madura

Bogor,Malang,Bali Deutro Melayu
Minang,
Jawa,
Bali,
Bugis
C. Kebudayaan Megalithikum


Apakah Anda masih ingat kebudayaan Megalithikum?
Seperti yang pernah Anda pelajari pada modul sebelumnya bahwa megalithikum/
kebudayaan batu besar sesungguhnya bukanlah mempunyai arti timbulnya kembali zaman batu sesudah zaman logam, tetapi kebudayaan megalithikum adalah kebudayaan yang menghasilkan bangunan-bangunan dari batu besar yang muncul sejak zaman Neolithikum dan berkembang pesat pada zaman logam.
Apa yang dinyatakan dalam uraian di atas, dibuktikan dengan adanya penemuan
bangunan batu besar seperti kuburan batu pada zaman prasejarah, banyak ditemukan
manik-manik, alat-alat perunggu dan besi. Hasil kebudayaan megalithikum biasanya tidakdikerjakan secara halus, tetapi hanya diratakan secara kasar dan terutama hanya untuk mendapatkan bentuk yang diperlukan.
Peninggalan kebudayaan megalithikum ternyata masih dapat Anda lihat samapai
sekarang, karena pada beberapa suku-suku bangsa di Indonesia masih memanfaatkan
kebudayaan megalithikum tersebut. Contohnya seperti suku Nias.
Mengenai contoh-contoh suku lainnya dapat Anda pelajari pada buku-buku yang relevan seperti buku yang berjudul Manusia dan Kebudayaan di Indonesia karangan Prof. Dr. Koentjaraningrat. Buku tesebut dapat Anda pinjam dari perpustakaan umum atauperpustakaan sekolah Anda.
Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas tentang kebudayaan megalithikum, maka
simaklah contoh-contoh dari hasil kebudayaan megalithikum yang akan disajikan pada
uraian materi berikut ini.
1. Menhir
Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara
menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal
dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu
seperti punden berundak-undak.
Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera
Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui bentuk-bentuk men-
hir, maka simaklah gambar-gambar berikut ini.

 
 Gambar 1.17. Menhir
Bagaimana kesan Anda setelah melihat bentuk-bentuk menhir melalui gambar 1.17?
Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada
satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap
roh nenek moyang. Selain menhir terdapat bangunan yang lain bentuknya, tetapi
fungsinya sama yaitu sebagai punden berundak-undak.
2. Punden Berundak-undak
Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan
fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah
meninggal.
Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat
penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di
Jawa Timur, sedangkan mengenai bentuk dari punden berundak dapat Anda amatigambar-gambar berikut ini 


Gambar 1.18. Punden berundak-undak dan ilustrasinya.
Setelah Anda mengamati gambar 1.18, apa yang terlintas dalam pikiran Anda?
Pernahkah Anda melihat bangunan yang bentuknya mirip punden berundak-undak.
entu Anda sudah pernah melihat candi Borobudur, baik secara langsung maupun
hanya melalui gambar ataupun televisi. Candi Borobudur di Jawa Tengah adalah
bangunan pemujaaan untuk umat Budha, dan menurut Prof. Dr. Sutjipto Wirgosuparto,
arsitektur bangunan Borobudur merupakan tiruan atau kelanjutan dari punden
berundak-undak.
Untuk itu tugas Anda adalah carilah persamaan dan perbedaan antara
candi Borobudur dengan Punden berundak-undak pada tabel di bawah
ini.

Setelah Anda mengisi tabel di atas, untuk mengetahui kebenaran jawaban Anda,
maka cocokkanlah jawan Anda dengnan kunci jawabannya berikut ini.
Persamaan antara Borobudur dengan Punden Berundak-undak adalah sama-sama
sebagai bangunan suci karena berfungsi untuk tempat pemujaan. Adapun
perbedaannya candi Borobudur merupakan bangunan suci umat Budha, dan bentuk
bangunannya sempurna dan indah karena penuh dengan relief dan ragam hias.
Sedangkan Punden Berundak-undak hanyalah bangunan biasa yang terbuat dari
batu yang disusun bertingkat-tingkat tanpa relief ataupun ragam hias dan sebagai
tempat memuja arwah nenek moyang yang sudah meninggal.
Berdasarkan penjelasan persamaan dan perbedaan antara Punden Berundak-undak
dengan candi Borobudur, apakah Anda sudah memahami uraian materi tentang
Punden Berundak-undak? Kalau Anda sudah merasa paham dengan uraian materi
tersebut, maka Anda dapat mempelajari hasil budaya megalithikum selanjutnya.
3. Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-
sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat,
agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya
diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu.
Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat disebut
dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan/Jawa
Barat, Bondowoso/Jawa Timur, Pasemah/Sumatera, dan Nusa Tenggara Timur.

Untuk mengetahui bentuk Dolmen, dapat Anda amati gambar 1.19 berikut ini.

 
Gambar 1.19. Dolmen
Bagaimana menurut Anda tentang gambar 1.19?
Bagi masyarakat Jawa Timur, dolmen yang di bawahnya digunakan sebagai kuburan/
tempat menyimpan mayat lebih dikenal dengan sebutan Pandhusa atau makam Cina.
Dari uraian materi di atas, apakah Anda sudah memahami tentang dolmen? Kalau
Anda sudah paham bandingkan dengan hasil budaya Megalithikum berikut ini.

4. Sarkofagus
Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya
menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang ditemukan
umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi,
perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi.
Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali
Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa
sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.
Untuk memperjelas pemahaman Anda tentang Sarkofagus, maka amatilah gambar
1.20 berikut ini.

 
 Gambar 1.20. Sarkofagus
Dari gambar 1.20, coba Anda amati dengan baik bentuk dari Sarkofagus, kemudian
nanti Anda bandingkan dengan hasil megalithikum berikut ini, sehingga Anda dapat
mencari perbedaan antara keduanya.
5. Peti kubur
Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat
dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang
dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.
Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat),
Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur). Di dalam kubur batu tersebut juga
ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi serta
manik-manik. Dari penjelasan tentang peti kubur, tentu Anda dapat mengetahui
persamaan antara peti kubur dengan sarkofagus, dimana keduanya merupakan
tempat menyimpan mayat yang disertai bekal kuburnya. Tetapi untuk dapat mencari
perbedaan antara keduanya, silahkan Anda amati gambar 1.21 berikut ini.


 
 Gambar 1.21. Peti kubur.
Setelah Anda mengamati bentuk peti kubur pada gambar 1.21 maka tugas Anda
adalah mencari perbedaaan antara bentuk peti kubur dengan sarkofagus!
Tulislah jawaban Anda pada tabel berikut ini.
Tabel Perbedaaan Peti Kubur Dengan Sarkofagus
Perbedaan
Peti Kubur Sarkofagus


Jika Anda sudah mengisi tabel di atas, maka bacalah kembali uraian berikut ini agar
Anda dapat mengetahui kebenaran jawaban Anda.
Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi sebelumnya, bahwa sarkofagus
adalah keranda/peti mayat yang dibuat dari batu yang masih utuh dan batu utuh
tersebut dibentuk seperti lesung yang ada tutupnya. Sedangkan peti kubur adalah
peti mayat yang dibuat lempengan-lempengan batu/papan-papan batu disusun
membentuk kotak batu yang disertai dengan tutupnya,
Dari uraian di atas, apakah Anda memahami perbedaan antara keduanya? Kalau
Anda sudah paham, maka pelajari kembali uraian materi budaya megalthikum
berikutnya.

6. Arca batu
Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk binatang
yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan entuk arca
manusia yang ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya manusia dengan
penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah.
Arca batu gajah adalah patung besar dengan gambaran seseorang yang sedang
menunggang binatang yang diburu. Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah
(Sumatera Selatan). Daerah-daerah lain sebagai tempat penemuan arca batu antara
lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Untuk mengetahui bentuk Arca batu gajah dapat Anda amati gambar 1.26 berikut
ini.


Gambar 1.22. Arca Batu Gajah dari Pasemah.
Perhatikanlah gambar Arca Batu Gajah dari Pasemah tersebut, karena dari gambar
tersebut terdapat gambar nekara kecil yang diikat di punggung.
Dengan melihat gambar tersebut sebagai salah satu contoh peninggalan
Megalithikum, maka tugas Anda memberikan kesimpulan hubungan antara
Kebudayaan Megalithikum dengan Kebudayaan Perunggu seperti yang terlihat pada
Arca Batu Gajah.
Tulislah kesimpulan Anda pada titik-titik di bawah ini.
Kesimpulannya adalah ..............................................................................................
...................................................................................................................................

Setelah Anda menuliskan kesimpulannya, maka cocokkan dengan penjelasan berikut ini.
Penelitian terhadap Kebudayaan Megalithikum di dataran tinggi Pasemah/Sumatera
Selatan dilakukan oleh Dr. Van Der Hoep dan Van Heine Geldern. Dari hasil penelitian
tersebut disimpulkan bahwa Kebudayaan Perunggu mempengaruhi Kebudayaan
Megalithikum atau dengan kata lain Kebudayaan Megalithikum merupakan cabang
dari Kebudayaan Dongson (Perunggu).
Kesimpulan ini dibuat karena di Pasemah banyak ditemukan peninggalan budaya
Megalith dan budaya perunggu, seperti patung/arca prajurit dengan topi logam/helm
yang mengendarai kerbau atau gajah. Prajurit tersebut juga membawa nekara kecil
pada panggungnya.
Demikianlah uraian materi tentang contoh-contoh peninggalan megalithikum yang
berkembang pada zaman prasejarah.
Untuk memudahkan Anda memahami uraian materi Kebudayaan Megalithikum maka
simaklah ikhtisar dari Kebudayaan Megalithikum seperti pada tabel 1.8 di bawah ini.
Tabel 1.8 IKHTISAR KEBUDAYAAN MEGALITHIKUM
Hasil budaya
Megalithikum Ciri-ciri Fungsi Lokasi penemuan

Menhir



Punden
Berundak-
Undak

Dolmen



Pandhusa



Sarkofagus



Peti kubur,


Arca batu Tugu/tiang batu
tunggal atau
kelompok

Susunan batu bertingkat-tingkat


Meja yang terbuat,
dari batu


Meja batu yang
Kakinya tertutup rapat

Batu utuh dibuat lesung yang ada tutup

Lempengan batu,
yang tersusun

Patung manusia
dan binatang Tempat pemujaan



Tempat pemujaan



Tempat sesajen



Kuburan



Keranda/menyim- pan mayat


Menyimpan Mayat


Penghormatan terhadap tokoh tang disukai Pasemah/Sumatera
yang berdiri Selatan, Sulawesi

Lebak Sibedug, Bukit /Jawa Timur


Cipari Kuningan,
dari batu Pasemah, Nusa Tenggara

Bondowoso Besuki/Jawa Timur


Bali



Cipari ,Cirebon,
Cepu, Wonosari

Pasemah, Lampung
Jawa Tengah, Jawa
Timur


Dengan adanya ikhtisar/rangkuman tentang uraian materi seperti pada tabel 1.8,
mudah-mudahan Anda semakin mudah memahami uraian materi tentang kebudayaan
material masyarakat prasejarah Indonesia yang disajikan dalam modul ini.
Demikian uraian materi kegiatan belajar 1 dari modul ini, semoga Anda mudah
memahami materi kegiatan belajar ini dengan baik.
Untuk mengukur tingkat pemahaman Anda kerjakanlah latihan soal berikut ini dengan
sungguh-sungguh.

KEGIATAN I
1. Bacalah soal-soal dengan teliti sebelum Anda menjawab.
2. Dahulukan menjawab soal yang Anda anggap mudah.
3. Bentuk soal terdiri dari:
a. Pilihan berganda 10 soal.
b. Isian/essay berstruktur 10 soal.

I. Pilihlah salah satu jawaban yang Anda anggap benar!


1.       Bali
a. Penyebarannya ke Indonesia melalui
jalur timur
b. Fungsinya sebagai alat pertanian
c. Terdiri dari beliung dan tarah
d. Manusia pendukungnya Deutro
Melayu
e. Kei Alor Selayar, Irian

9. Gambar di bawah ini berfungsi sebagai ....
a. Alat upacara
b. Tempat menyimpan air
c. Tempat menyimpan abu jenazah
d. Simbol status
e. Mas kawin/jujur

10. Arca batu Gajah adalah peninggalan dari kebudayaan ........
a. Palaeolithikum d. Megalithikum
b. Mesolithikum e. Mikrolithikum
c. Neolithikum

II. Jawablah dengan singkat pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Hasil kebudayaan Palaeolithikum banyak ditemukan di daerah:
a. ... b. ...
2. Fungsi dari alat-alat tulang pada jaman Palaeolithikum adalah
a. ... b. ...
3. Kapak peninggalan Mesolithikum disebut dengan
a. ... b. ...
4. Tempat penemuan Bone Culture adalah ....
5. Tempat pembuatan kapak persegi di Indonesia terletak di daerah
a. ... b. ... c. ... d. ...
6. Kapak lonjong disebut juga dengan. ...
7. Fungsi dari candrasa adalah ....
8. Teknik pembuatan nekara di Indonesia adalah ....
9. Fungsi dari dolmen adalah ....
10. Ciri dari peninggalan Megalitikhum adalah
a. ... b. ...
Setelah Anda menjawab soal-soal tugas kegiatan 1 ini, maka cocokkan jawaban Anda
dengan kunci jawaban yang terdapat pada akhir modul ini. Seyogyanya Anda tidak melihat kunci jawabannya terlebih dahulu, agar tingkat pemahaman Anda terukur.
Kalau Anda berhasil , selamat! Anda dapat melanjutkan pada kegiatan belajar 2.

D. CIRI DAN CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT PRASEJARAH
INDONESIA

Setelah mempelajari modul ini Anda dapat:
1. menjelaskan tiga ciri kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia; dan
2. menguraikan enam corak kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia.

Adapun pokok-pokok materi yang dapat Anda pelajari pada bagian modul ini meliputi:
1. Ciri-ciri kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia.
2. Corak kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia.

Keberhasilan selalu menjadi idaman setiap orang. Bagaimana dengan diri Anda? Jika Anda ingin selalu dapat mempertahankan keberhasilan, seperti yang pernah Anda raih, maka Anda harus tetap tekun dan ulet.

Kegiatan belajar 2 ini membutuhkan persiapan diri Anda.
Untuk lebih memahami apa yang di lakukan masyarakat prasejarah, silahkan Anda simak terlebih dahulu uraian materi berikut ini.

1) Ciri Kehidupan Masyarakat Prasejarah Indonesia

Materi ini akan membahas bagaimana perilaku masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, pada masa bercocok tanam dan pada masa perundagian.
Dalam rangka memudahkan Anda memahami uraian materi ini maka yang akan disajikan terlebih dahulu adalah perilaku masyarakat pada awal berlangsungnya kehidupan masa prasejarah. Untuk itu simaklah uraian materi berikut ini.

a. Masa Berburu Dan Mengumpulkan Makanan
Masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia tinggal di alam terbuka seperti di hutan, di tepi sungai, di goa, di gunung atau di lembah-lembah. Tempat tinggal
mereka belum menetap, masih berpindah-pindah atau nomaden mengikuti alam yang
dapat menyediakan makanan terutama binatang buruan.
Apabila binatang buruan dan bahan makanan sudah habis, mereka akan mencari
dan pindah ke tempat yang lebih subur. Inti dari kehidupan sehari-hari masyarakat
ini adalah mengumpulkan bahan makanan dari alam untuk dikonsumsi saat itu juga.
Kegiatan semacam ini disebut dengan Food Gathering atau pengumpul makanan
tahap awal.
Masyarakat pengumpul makanan tersebut telah mengenal kehidupan berkelompok
kecil, hal ini karena kehidupannya nomaden. Hubungan antara kelompok sangat
erat, karena mereka harus bekerja bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan hidup
serta mempertahankan kelompoknya dari serangan kelompok lain atau serangan
binatang-binatang buas. Meskipun dalam kehidupan yang masih sangat sederhana,
mereka telah mengenal adanya pembagian tugas kerja, dimana kaum laki-laki
biasanya tugasnya adalah berburu, kaum perempuan tugasnya adalah memelihara
anak serta mengumpulkan buah-buahan dari hutan.
Masing-masing kelompok memiliki pemimpin yang ditaati dan dihormati oleh anggata
kelompoknya. Dengan demikian pada masa berburu dan mengumpulkan makanan
sudah terlihat adanya tanda-tanda kehidupan sosial dalam suatu kelompok
masyarakat, walaupun tingkatannya masih sangat sederhana.
Kesederhanaan kehidupan sosial tersebut terlihat dari ketidaktahuan masyarakat
dalam menyimpan sisa makanan, tidak mengenal tata cara perkawinan, tidak
melakukan penguburan terhadap mayat. Karena belum mengenal religi/ kepercayaan.
Hal ini dapat dibuktikan melalui alat-alat kehidupan yang dihasilkan pada zaman
batu tua.
Dari uraian tersebut, tentu masih hangat dalam ingatan Anda tentang kebudayaan
batu tua/paleolithikum.
2.       Pengenalan terhadap api bagi masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan
sangat dimungkinkan karena berdasarkan analogi jenis manusia purba yang
ditemukan di Cina sudah mengenal api.
Dari uraian tersebut, apakah Anda masih ingat nama jenis manusia purba yang di
temukan di Cina? Jenis manusia purba di Cina disebut dengan Sinanthropus
Pekinensis yang memiliki persamaan dengan Homo Erectus. Dimana keduanya
memiliki persamaan. Untuk itu apa yang menjadi ciri dari manusia Sinanthropus
Pekinensis juga menjadi ciri dari Homo Erectus sebagai pendukung dari kehidupan
berburu dan mengumpulkan makanan.
Apakah dari uraian tersebut Anda sudah pahami? Kalau Anda sudah paham, silahkan
simak kembali uraian materi ini.

Untuk mengetahui alat komunikasi apa yang dipakai oleh masyarakat zaman batu
tua sangatlah tidak mudah, tetapi yang jelas bahwa antar manusia yang satu dengan
yang lain pasti mempunyai cara untuk berkomunikasi. Kira-kira menurut Anda bahasa
apa yang dipakai sebagai alat komunikasi pertama pada zaman batu tua?
Sesuai dengan kehidupan masyarakatnya berburu dan mengumpulkan makanan,
maka alat komunnikasi yang sangat dimungkinkan adalah bahasa isyarat, karena
bahasa isyarat adalah bahasa yang diperlukan pada saat berburu. Dengan adanya
migrasi/perpindahan bangsa-bangsa dari Asia daratan ke Indonesia seperti yang
dilakukan oleh bangsa Papua Melanosoide, maka secara lambat laun terjadi
perubahan dalam kehidupan masyarakat .
Perubahan kehidupan yang terjadi secara lambat sangat dimungkinkan karena di
lihat dari bentuk adaptasinya masih berdasarkan berburu dan mengumpulkan
makanan, walaupun sudah memasuki tingkat lanjut atau disebut dengan Food gath-
ering tingkat lanjut.
Kehidupan Food gathering tingkat lanjut terjadi pada saat berlangsungnya zaman
Mesolithikum ditAndai dengan kehidupan sebagian masyarakatnya bermukim dan
berladang (huma). Yang menjadi tempat mukimnya/menetapnya adalah gua-gua
dipedalaman atau tepi-tepi pantai.
Dengan kehidupan menetap tersebut maka terjadilah pertumbuhan dalam kehidupan
yang lain yaitu antara lain mereka sudah tahu menyimpan sisa makanan, mengenal
tata cara penguburan mayat, mengenal religi/kepercayaan dan bahkan mengenal
kesenian.
Bukti adanya pengenalan terhadap religi dan kesenian yaitu ditemukan lukisan cap
tangan yang diberi warna merah dan lukisan babi hutan yang terdapat pada dinding
gua Abris Sous Roche, seperti yang ditemukan di gua Leang-Leang Sulawesi Selatan,
di Seram dan di Irian Jaya.
Untuk memperjelas pemahaman Anda , dapat Anda amati gambar1.2 berikut ini.



Gambar 1.2. Lukisan tangan dan babi hutan pada dinding
Gua Leang-leang (Sulawesi Selatan)

Dari gambar 1.2 yang Anda amati, bagaimana pendapat Anda tentang makna lukisan
tersebut?
Lukisan pada dinding gua zaman mesolithikum banyak dihubungkan dengan
keagamaan, karena lukisannya banyak menggunakan warna merah (warna darah).
Warna merah dianggap memiliki kekuatan magis/gaib. Lukisan cap tangan dianggap
memiliki makna tanda berkabung dari seorang wanita yang ditinggal mati suaminya,
karena pada umumnya jari manis pada lukisan tangan tersebut dipotong.
Sedangkan lukisan babi hutan yang sedang lari dan pada arah jantungnya terdapat
mata panah dimaksudkan bahwa, pada waktu berburu mereka mengharapkan
binatang buruan. Lukisan tersebut diduga dibuat oleh seorang pawang pada waktu
upacara perburuan.


b. Masa bercocok tanam
Sebelum Anda mempelajari uraian materi, terlebih dahulu perhatikan skema berikut ini.

Dari skema di atas, dapatlah dijelaskan bahwa dengan adanya perubahan kehidupan
dari semi sedenter menjadi kehidupan yang menetap maka sistem huma/perladangan
yang sudah dikenal oleh masyarakat mengalami penyempurnaan menjadi sistem
bercocok tanam.
Sistem bercocok tanam atau dikenal dengan sistem persawahan dapat menggunakan
lahan yang terbatas dan kesuburan tanahnya dapat dijaga melalui pengolahan tanah,
irigasi dan pemupukan. Hal ini mengakibatkan masyarakat tidak lagi berpindah-pindah
temapt dan selalu berusaha untuk menghasilkan makanan atau dikenal dengan istilah
Food Producing.

Kemampuan Food Producing membawa perubahan yang besar, dalam arti membawa
akibat yang mendalam dan meluas bagi seluruh kehidupan masyarakat pada masa
tersebut, karena masyarakat yang sudah menetap maka akan tercipta kehidupan
yang teratur.
Dengan kehidupan masyarakat yang teratur berarti kehidupan masyarakatnya
terorganisir dengan rapi dan bahkan membentuk semacam desa, dan masyarakat
tersebut sudah memilih pemimpinya (kepala suku) dengan cara musyawarah sesuai
dengan prinsip
primus inter pares.
Pemilihan pemimpin yang berdasarkan prinsip primus inter pares menAndakan bahwa
pemimpin tersebut dipilih diantara mereka yang memiliki kelebihan baik fisik (kuat)
maupun spiritual (keahlian).
Di samping adanya perkembangan dalam kehidupan sosial, juga mumcul sistem
perekonomian dalam kehidupan masyarakat. Hal ini karena dalam upaya memenuhi
kebutuhan hidup, maka dikenal sistem pertukaran barang dengan barang
(perdagangan barter).
Kemajuan yang dicapai oleh masyarakat pada masa bercocok tanam dapat dilihat
dari alat-alat kehidupannya yang dibuat oleh masyarakat tersebut, dimana alat-alat
kehidupannya sudah dibuat halus/diasah, sempurna serta mempunyai nilai seni
bahkan fungsi beraneka ragam.
Alat-alat kehidupan yang dibuat pada masa ini ada yang digunakan sebagai alat
upacara (keagamaan) yang didasarkan atas kepercayaan yang berkembang pada
masa ini yaitu Animisme dan Dinamisme. Animisme adalah kepercayaan terhadap
roh dan Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda yang memiliki
kekuatan gaib.
Untuk lebih jelasnya pengertian tentang kepercayaan aninisme dan dinamisme nanti
akan Anda pelajari pada uraian materi selanjutnya.
Dasar dari kepercayaan aninisme dan dinamisme terlihat adanya tradisi Megalith.
Tradisi Megalithikum muncul pada masa Neolithikum dan berkembang pesat pada
zaman perundagian, dan ditandai adanya bangunan-bangunan besar untuk
pemujaan.

C. Masa perundagian
Masa perundagian sangat penting artinya dalam perkembangan sejarah Indonesia,
karena pada masa ini sudah terjadi hubungan dengan daerah-daerah disekitar
kepulauan Indonesia.
Penggalan masa perundagian menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman budaya,
berbagai bentuk benda seni, peralatan hidup dan upacara yang menunjukkan
kehidupan masyarakat masa itu sudah memiliki selera yang tinggi. Hidup masyarakat
teratur dan makmur.
Kemakmuran masyarakat dapat diketahui melalui perkembangan teknik pertama,
dengan mengembangkan pertanian yang intensif dan sebagai akibatnya sektor
pertanian mengalami perkembangan yang pesat dan hal ini berdampak kepada
kemajuan perekonomian, yang ditandai dengan berkembangnya perdagangan dan
pelayaran.
Di samping perdaganan dan pelayaran yang meningkat dalam kehidupan
beragamapun juga berkembang pesat, yang dibuktikan dengan banyaknya bangunan
megalithikum yang didirikan dalam rangka penghormatan dan pemujaan terhadap
roh nenek moyang.
Selanjutnya Anda diharapkan dapat memahami bagaimana corak dari kehidupan
masyarakat berdasarkan peninggalan-peningglan kebudayaan prasejarah yang telah
Anda pelajari sebelumnya.
Untuk mendapatkan pemahaman yang luas, silahkan Anda simak uraian materi
berikut ini.

B. Corak Kehidupan Masyarakat Prasejarah Indonesia
Kebudayaan dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Masyarakat dapat bertahan hidup karena menghasilkan kebudayaan, kebudayaan itu
ada karena dihasilkan oleh masyarakat. Dan melalui kebudayaanlah segala corak
kehidupan masyarakat dapat diketahui.
Dengan demikian dari hasil-hasil kebudayaan material seperti yang Anda pelajari pada
kegiatan belajar 1 dapat dikaji dan dipelajari corak kehidupan masyarakat prasejarah
Indonesia, seperti yang akan diuraikan pada uraian materi berikut ini.

1). Sistem kepercayaan
Sistem kepercayaan masyarakat prasejarah diperkirakan mulai tumbuh pada masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau disebut dengan masa
bermukim dan berladang yang terjadi pada zaman Mesolithikum.
Mengenai bukti adanya kepercayaan pada zaman Mesolithikum dapat Anda tulis
pada titik-titik di bawah ini.
Buktinya adalah ....
Bukti lain yang turut memperkuat adanya corak kepercayaan pada zaman prasejarah
adalah ditemukannya lukisan perahu pada nekara. Lukisan tersebut menggambarkan
kendaraan yang akan mengantarkan roh nenek moyang ke alam baka. Hal ini berarti
pada masa tersebut sudah mempercayai akan adanya roh.
Kepercayaan terhadap roh terus berkembang pada zaman prasejarah hal ini tampak
dari kompleksnya bentuk-bentuk upacara penghormatan, penguburan dan pemberian
sesajen. Kepercayaan terhadap roh inilah dikenal dengan istilah Animisme.
Aninisme berasal dari kata Anima artinya jiwa atau roh, sedangkan isme artinya
paham atau kepercayaan. Di samping adanya kepercayaan animisme, juga terdapat
kepercayaan Dinamisme.
Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang dianggap
memiliki kekuatan gaib. Contohnya yaitu kapak yang dibuat dari batu chalcedon (batu
indah) dianggap memiliki kekuatan. Untuk contoh-contoh yang lain dapat Anda baca
kembali uraian materi kegiatan belajar 1 modul ini. Dengan demikian kepercayaan
masyarakat prasejarah adalah Animisme dan Dinamisme. Apakah dari uraian ini
Anda sudah paham? Kalau sudah paham simak uraian materi berikutnya.

2) Kemasyarakatan
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, masyarakatnya hidup berkelompok-kelompok dalam jumlah yang kecil. Tetapi hubungan antara
kelompoknya sudah erat karena mereka harus bersama-sama menghadapi kondisi
alam yang berat, sehingga sistem kemasyarakatan yang muncul pada masa tersebut
sangat sederhana.
Tetapi pada masa bercocok tanam, kehidupan masyarakat yang sudah menetap
semakin mengalami perkembangan dan hal inilah yang mendorong masyarakat untuk
membentuk keteraturan hidup. Dan aturan hidup dapat terlaksana denga baik karena
adanya seorang pemimpin yang mereka pilih atas dasar musyawarah.
Selanjutnya sistem kemasyarakatan terus mengalami perkembangan khususnya pada
masa perundagian. Karena pada masa ini kehidupan masyarakat lebih kompleks.
Masyarakat terbagi-bagi menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan bidang
keahliannya.
Masing-masing kelompok memiliki aturan-aturan sendiri, dan di samping adanya
aturan yang umum yang menjamin keharmonisan hubungan masing-masing
kelompok. Aturan yang umum dibuat atas dasar kesepakatan bersama/musyawarah
dalam kehidupan yang demokratis.
Dengan demikian sistem kemasyarakatan pada masa prasejarah di Indonesia telah
dilandasi dengan musyawarah dan gotong royong.
Dari uraian materi di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau Anda sudah merasa
paham, silahkan kerjakanlah tugas berikut ini :
Buatlah contoh-contoh perilaku dari masyarakat prasejarah yang dilAndasi dengan
musyawarah dan gotong-royong.
Tulislah contoh-contoh Anda pada tabel 2.6 berikut ini
TABEL 1. 4 Contoh perilaku masyarakat
Contoh
Musyawarah Gotong royong


3) Pertanian
Sistem pertanian yang dikenal oleh masyarakat prasejarah pada awalnya adalah perladangan/huma, yang hanya mengandalkan pada humus, sehingga bentuk
pertanian ini wujudnya berpindah tempat.
Selanjutnya masyarakat mulai mengembangkan sistem persawahan, sehingga tidak
lagi bergantung pada humus, dan berusaha mengatasi kesuburan tanahnya melalui
pengolahan tanah, irigasi dan pemupukan.
Demikianlah uraian materi tentang corak pertanian yang dikenal oleh masyarakat
prasejarah, untuk selanjutnya dapat Anda simak kembali corak kehidupan masyarakat
yang lain seperti pada uraian materi berikut ini.

4) Pelayaran
Dengan adanya perpindahan bangsa- bangsa dari daratan Asia ke Indonesia membuktikan bahwa sejak abad sebelum masehi, nenek moyang bangsa Indonesia sudah memiliki kemampuan berlayar.
Kemampuan berlayar terus mengalami perkembangan, mengingat kondisi geografis
Indonesia terdiri dari pulau-pulau sehingga untuk sampai kepada pulau yang lain
harus menggunakan perahu. Jenis perahu yang dipergunakan adalah perahu
bercadik. Untuk menambah wawasan Anda, tentang perahu bercadik, silahkan Anda
amati gambar 1.3. berikut ini.

 
 Gambar 1.3 Perahu Bercadik.
Setelah Anda melihat gambar 1.3; apakah Anda mengetahui cara pembuatan perahu
bercadik?
Dari pembuatan perahu bercadik yang sederhana tetapi sudah mampu mengarungi
samudera pada jaman prasejarah tersebut. Hal tersebut patutlah untuk dibanggakan
kehebatan kemampuan berlayar nenek moyang bangsa Indonesia menjadi modal
dasar dari kemampuan berdagang. Sehingga pada awal abad masehi bangsa Indo-
nesia sudah turut ambil bagian dalam jalur perdagangan internasional.
Dengan uraian materi tersebut, apakah Anda sudah paham? Kalau sudah paham,
dapat dilanjutkan kembali pada uraian materi selanjutnya.

5) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sejak zaman Neolithikum, masyarakat Indonesia telah megenal pengetahuan yang
tinggi, dimana masyarakat telah dapat memanfaatkan angin musim sebagai tenaga
penggerak dalam aktivitas perdagangan dan pelayaran juga mengenal astronomi
atau ilmu perbintangan sebagai petunjuk arah pelayaran atau sebagai petunjuk waktu
dalam bidang pertanian.
Selain berkembangnya ilnu pengetahuan, teknologi juga dikenal oleh masyarakat
prasejarah terutama pada zaman perundagian, yaitu teknologi pengecoran logam.
Sehingga pada masa perundagian masyarakat sudah mampu menghasilkan alat-
alat kehidupan yang terbuat dari logam.
Demikianlah uraian tentang corak kehidupan masyarakat prasejarah dalam
penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk selanjutnya Anda
dapat mempelajari uraian materi berikutnya.

6) Kesenian
Kesenian dikenal oleh masyarakat prasejarah sejak zaman Mesolithikum yang
dibuktikan dengan adanya lukisan-lukisan pada dinding-dinding gua. Untuk
selanjutnya kesenian mengalami perkembangan yang pesat pada zaman Neolithikum,
karena pada masa bercocok tanam terdapat waktu senggang dari menanam hingga
panen. Yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menyalurkan jiwa seni, dari seni
membatik, gamelan bahkan wayang.
Dari uraian tersebut maka dapatlah disimpulkan bahwa seni membatik, gamelan
dan wayang adalah kesenian asli bangsa Indonesia.
Untuk selanjutnya agar Anda mudah memahami seluruh corak kehidupan masyarakat
prasejarah, maka simaklah bagan berikut ini

Setelah Anda menyimak bagan di atas, maka berarti uraian materi tentang ciri dan
corak kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia telah usai Anda pelajari. Untuk
selanjutnya Anda dapat mengerjakan latihan soal kegiatan belajar 2 ini.

KEGIATAN 1
1. Bacalah soal dengan teliti sebelum Anda menjawab.
2. Dahulukan menjawab soal yang Anda anggap mudah.
3. Bentuk soal terdiri dari :a. Pilihan berganda 10 soal.
b. Essay 2 soal.

I. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap benar
1. Perhatikan data berikut.
a) Hidupnya berkelompok kecil
b) Nomaden
c) Belum mengenal cara memasak
d) Menetap dan hidup teratur
e) Sudah mengenal kesenian
Dari data di atas, yang merupakan ciri-ciri kehidupan manusia pada jaman berburu
danmengumpulkan makanan adalah nomor ....
a. 1, 2, 3 d. 2, 3, 4
b. 1, 2, 4 e. 3, 4, 5
c. 1, 2, 5
2. Tempat menetap masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
adalah ....
a. Rumah-rumah panggung d. Rumah-rumah gubuk
b. Rumah-rumah di atas pohon e. Gua-gua di pedalaman
c. Tepi-tepi sungai
3. Bukti pada zaman Mesolithikum manusia telah mengenal kesenian adalah .
a. Adanya hasil kebudayaan prasejarah
b. Banyaknya penemuan kapak pebble
c. Adanya kapak-kapak yang terbuat dari chalcedon
d. Penemuan lukisan pada dinding-dinding gua
e. Ditemukannya perhiasan
4. Perhatikan data berikut.
a) Hidupnya sedenter
b) Mengenal pemujaan terhadap roh
c) Food Gathering tingkat lanjut
d) Masyarakatnya teratur
e) Mengenal pembuatan alat-alat dari logam
Dari data di atas, yang merupakan ciri-ciri kehidupan manusia pada jaman bercocok
tanam adalah nomor ....
a. 1, 2, 3 d. 2, 3, 4
b. 1, 2, 4 e. 3, 4, 5
c. 1, 2, 5
5. Sistem pertanian dengan penebangan pohon dalam jangka waktu tertentu dan diolah
menjadi pertanian sederhana disebut dengan ....
a. Sawah d. Irigasi sederhana
b. Ladang e. Huma
c. Tumpang sari
6. Pemujaan terhadap arwah nenek moyang didasarkan atas kepercayaan ....
a. Animisme d. Manaisme
b. Dinamisme e. Totemisme
c. Monotheisme
7. Perdagangan barter dikenal oleh masyarakat prasejarah sejak jaman ....
a. Palaeolithikum d. Mikrolithikum
b. Mesolithikum e. Megalithikum
c. Neolithikum
8. Pengolahan logam memerlukan suatu tempat dan keahlian khusus tempat mengolah
logam dikenal dengan sebutan ....
a. A cire perdue d. Pande besi
b. Bivalve e. Pengecoran
c. Perundagian
9. Sistem kepercayaan dikenal pertama kali sejak jaman ....
a. Palaeolithikum d. Mikrolithikum
b. Mesolithikum e. Megalithikum
c. Neolithikum
10. Bahasa yang dipakai oleh masyarakat prasejarah berasal dari rumpun bahasa ....
a. Austronesia d. Mikronesia
b. Melanesia e. Mongolia
c. Polinesia

II. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan Primus Inter Pares?
2. Sebutkan dua ciri-ciri kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat lanjut!
3. Sebutkan 3 hasil kebudayaan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat awal!
4. Sebutkan bukti-bukti bahwa masyarakat Indonesia memiliki kemampuan berlayar!

Dengan mengerjakan latihan-latihan soal-soal tersebut di atas, mudah-mudahan Anda
semakin memahami uraian materi pada kegiatan belajar 1 ini, dan untuk menilai kebenaran jawaban BAB


Tidak ada komentar: